Pengobatan sihir yang sudah menimpa pada diri seseorang bisa dilakukan dengan beberapa cara:
Cara pertama
Mengeluarkan sihir tersebut dan menggagalkannya jika diketahui tempatnya dengan cara-cara yang dibolehkan menurut syariat. Dan ini merupakan suatu hal yang paling manjur untuk pengobatan orang yang terkena sihir [1].
Cara kedua
Menggunakan ruqyah yang sesuai dengan syariat, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Ruqyah dengan daun bidara
Menumbuk tujuh helai daun pohon sidr (daun bidara) hijau di antara dua batu atau sejenisnya, lalu menyiramkan air ke atasnya sebanyak jumlah air yang cukup untuk mandi dan dibacakan ke dalamnya:
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“ِAku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk“
اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al Baqarah: 255).
وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ فَغُلِبُوا هُنَالِكَ وَانْقَلَبُوا صَاغِرِينَ وَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ رَبِّ مُوسَى وَهَارُونَ
“Dan Kami wahyukan kepada Musa: “Lemparkanlah tongkatmu!”. Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina. Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata: “Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, (yaitu) Tuhan Musa dan Harun.” (QS. Al A’raf: 117-122).
وَقَالَ فِرْعَوْنُ ائْتُونِي بِكُلِّ سَاحِرٍ عَلِيمٍ فَلَمَّا جَاءَ السَّحَرَةُ قَالَ لَهُمْ مُوسَى أَلْقُوا مَا أَنْتُمْ مُلْقُونَ فَلَمَّا أَلْقَوْا قَالَ مُوسَى مَا جِئْتُمْ بِهِ السِّحْرُ إِنَّ اللَّهَ سَيُبْطِلُهُ إِنَّ اللَّهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ وَيُحِقُّ اللَّهُ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ
“Fir’aun berkata (kepada pemuka kaumnya): “Datangkanlah kepadaku semua ahli-ahli sihir yang pandai!” Maka tatkala ahli-ahli sihir itu datang, Musa berkata kepada mereka: “Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan”. Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata: “Apa yang kamu lakukan itu, itulah yang sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidak benarannya” Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-yang membuat kerusakan. Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya).” (QS. Yunus: 79-82).
قَالُوا يَا مُوسَى إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقَى قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُوسَى قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنْتَ الْأَعْلَى وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَى
“(Setelah mereka berkumpul) mereka berkata: “Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?”. Berkata Musa: “Silahkan kamu sekalian melemparkan”. Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: “janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. “Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang”. Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: “Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa”.” (QS. Thaha: 65-70).
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ,قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. an aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”.” (QS. Al Kafirun: 1-6).
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ,قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.” (QS. Al Ikhlash: 1-4).
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ,قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
“Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”.” (QS. Al Falaq: 1-5).
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ. إِلَهِ النَّاسِ. مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ. الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
“Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, ari (golongan) jin dan manusia.” (QS. An Naas: 1-6).
Setelah membacakan ayat-ayat di atas pada air yang sudah disiapkan tersebut hendaklah dia meminumnya sebanyak tiga kali, dan kemudian mandi dengan menggunakan sisa air tersebut. Dengan demikian, insya Allah penyakit (sihir) akan hilang. Dan jika perlu, hal itu boleh diulang dua kali atau lebih hingga penyakit (sihir) itu benar-benar sirna. Hal itu sudah banyak dipraktikkan, dan dengan izin-Nya, Allah memberikan manfaat padanya. Pengobatan tersebut juga sangat baik bagi suami-isteri yang tidak bisa jima‘ (bersetubuh) karena terkena sihir [2].
____
Catatan kaki
[1] Lihat Zaadul Ma’ad (IV/24), Shahih Al Bukhari (no. 5765) dan Shahih Muslim (no. 2189), dari ‘Aisyah radhiallahu’anha dan Majmu’Al Fatawa Syaikh Ibnu Baz (III/280)
[2] Lihat Fatawa Ibnu Baaz (III/279), Fathul Majid (hal. 263-264), murajaah dan ta’liq Syaikh Ibnu Baaz cet. Daar Ash Shuma’i tahun 1519H, dan Ash Sharimul Battar fit Tashaddi lis Saharatil Asyraar, karya Wahid Abdussalam Bali (hal. 109-117). Di sana terdapat juga ruqyah yang cukup panjang yang insya Allah sangat bermanfaat. Juga lihat Mushannaf Abdurrazaq (XI/13) dan Fathul Baari (X/233).
2. Dengan tiupan dan sentuhan
Membaca surat Al Fatihah, ayat Kursi, dua ayat terakhir surat Al Baqarah, surat Al Ikhlash, surat Al Falaq, dan surat An Naas sebanyak tiga kali atau lebih, disertai tiupan dan sentuhan pada bagian yang terasa sakit dengan menggunakan tangan kanan [1].
3. Membaca dzikir dan doa ruqyah
Membaca beberapa ta’awwudz, ruqyah, dan doa yang mencakup:
a) Membaca doa berikut:
أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ ، أَنْ يَشْفِيَكَ
“Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Rabb Pemilik Arsy yang agung, agar Dia menyembuhkanmu” (Diucapkan sebanyak 7x)[2]
b) Orang yang sakit meletakkan tangannya diatas bagian yang sakit seraya mengucapkan:
بِسْمِ اللَّهِ
“dengan menyebut nama Allah” (dibaca 3x)
Kemudian mengucapkan:
أَعُوذُ بِعِزَّةِ اللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِن شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحاذِرُ
“Aku berlindung kepada Allah dan kepada kekuasaan-Nya dari kejahatan apa yang aku temui dan yang aku khawatirkan” (dibaca 7x)[3]
c) Membaca doa (sambil mengusapkan tangan kanan kepada orang yang sakit) :
اللَّهُمَّ ربَّ النَّاسِ ، أَذْهِب الْبَأسَ ، واشْفِ ، أَنْتَ الشَّافي لا شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ ، شِفاءً لا يُغَادِرُ سقَماً
“Ya Allah, Rabb Pemelihara manusia, hilangkanlah penyakit ini dan sembuhkanlah, Engkaulah Yang Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan hanya kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit sedikit pun” [4]
d) Membaca doa:
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لامَّةٍ
“Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap syaithan, binatang berbisa, dan dari setiap mata yang jahat” [5].
e) Membaca doa:
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
“Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya” [6]
f) Membaca doa:
أَعُوذُ بِكَلِماتِ اللّه التَّامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَمنْ شَرّ عِبادِهِ، وَمِنْ هَمَزاتِ الشَّياطِينِ وأنْ يَحْضرُونِ
“Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kemurkaan dan siksaan-Nya, dari kejahatan hamba-hamba-Nya, dari godaan syaithan, dan dari kedatangan mereka kepadaku”. [7]
g) Membaca doa:
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ الَّتِي لَا يُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَلَا فَاجِرٌ مِنْ شَرِّ مَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَعْرُجُ فِيهَا وَمِنْ شَرِّ فِتَنِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمِنْ كُلِّ طَارِقٍ، إِلاَّ طَارِقٍ يَطْرُقُ بِخَيْرٍ يَا رَحْمَـٰنُ
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna yang tidak dapat ditembus oleh orang baik maupun orang jahat, dari kejahatan apa yang telah Dia jadikan dan Dia ciptakan. Serta dari kejahatan yang turun dari langit, dari kejahatan yang naik ke langit, dari kejahatan yang tenggelam ke bumi, dari kejahatan yang keluar ke bumi, dari kejahatan fitnah malam dan siang, dan dari kejahatan setiap yang datang (di waktu malam), kecuali yang datang dengan tujuan baik, wahai Rabb Yang Maha Pemurah” [8].
h) Membaca doa:
اَللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَاْلإِنْجِيْلِ وَالْفُرْقَانِ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ. اَللَّهُمَّ أَنْتَ اْلأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ اْلآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُوْنَكَ شَيْءٌ، اِقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ
“Ya Allah, Rabb langit yang tujuh, Rabb bumi dan Rabb ‘Arsy yang agung, Rabb kami dan Rabb segala sesuatu, Pembelah biji dan benih, Yang menurunkan Taurat, Injil dan al Furqan (Al-Qur’an). Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan segala sesuatu yang. Engkau lah yang memegang ubun-ubunnya. Ya Allah, Engkau-lah yang awal, sebelum-Mu tidak ada sesuatu. Engkaulah yang terakhir, setelahMu tidak ada sesuatu. Dan Engkau-lah yang zhahir, sehingga tiada sesuatu pun yang mengungguli-Mu. Engkau-lah yang Batin, tidak ada sesuatu yang tersembunyi dari-Mu. Lunasilah hutang kami dan cukupilah kami hingga terhindar dari kefakiran” [9].
i) Membaca doa:
بِاسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ، مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ، مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ، اللهُ يَشْفِيكَ بِاسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ
“Dengan menyebut nama Allah, aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang menyakitimu, dari kejahatan setiap jiwa dan mata orang yang dengki. Mudah-mudahan Allah menyembuhkanmu. Dengan menyebut nama Allah, aku mengobatimu dengan meruqyahmu” [10]
Atau membaca doa:
بِاسْمِ اللهِ يُبْرِيكَ، وَمِنْ كُلِّ دَاءٍ يَشْفِيكَ، وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ، وَشَرِّ كُلِّ ذِي عَيْنٍ
“Dengan menyebut nama Allah, mudah-mudahan Dia membebaskan dirimu dari segala penyakit, mudah-mudahan Dia akan menyembuhkanmu, melindungimu dari kejahatan orang dengki jika dia mendengki dan dari kejahatan setiap orang yang mempunyai mata jahat” [11]
Atau membaca doa:
بِسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ، مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ، مِنْ حَسَدِ حَاسِدٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ، اللَّهُ يَشْفِيكَ
“Dengan menyebut nama Allah, aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang menyakitimu, dari kedengkian orang yang dengki dan dari kejahatan setiap orang yang mempunyai mata jahat. Mudah-mudahan Allah menyembuhkanmu” [12]
Semua ta’awudz (doa perlindungan), doa dan ruqyah tersebut dapat dipergunakan untuk mengobati sihir, kesurupan jin, dan semua macam penyakit. Sebab ia merupakan ruqyah yang lengkap dan sangat bermanfaat dengan izin Allah Ta’ala.
4. Berbekam
Mengeluarkan penyakit dengan melakukan pembekaman pada bagian yang tampak bekas sihir, hal itu jika dimungkinkan. Tetapi jika tidak mungkin, maka cukup dengan penyembuhan cara sebelumnya. Walhamdulillah [13].
5. Dengan obat-obat alami
Di dunia ini terdapat beberapa obat alami yang sangat bermanfaat yang ditunjukkan olah Al Qur’an dan As Sunnah. Jika seseorang menggunakannya dengan penuh keyakinan dan kejujuran disertai keyakinan bahwa manfaat itu hanya dari Allah, maka Allah akan memberikan manfaat padanya, jika Dia menghendaki. Di sana terdapat obat yang dikombinasi dari rerumputan dan sejenisnya, yang semuanya itu didasarkan pada pengalaman sehingga tidak ada larangan untuk memanfaatkannya menurut syariat selama tidak diharamkan[14].
Diantara pengobatan dan penyembuhan alami yang sangat bermanfaat dengan izin Allah Ta’ala adalah menggunakan madu, habbatus sauda (jintan hitam), air zamzam, dan air hujan. Hal itu didasarkan pada firman Allah Ta’ala:
وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا
“Dan dari langit Kami turunkan air yang diberkahi (banyak manfaatnya)…” (QS. Qaaf: 9).
Juga minyak zaitun. Hal itu didasarkan pada sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam :
كُلُوا الزَّيْتَ، وَادَّهِنُوا بِالزَّيْتِ، فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ
“Makanlah oleh kalian minyak (zaitun) dan poleskanlah dengannya, karena sesungguhnya minyak (zaitun) itu dari pohon yang diberkahi” [15]
Telah terbukti melalui pengalaman, praktek langsung serta melalui kepustakaan, bahwa ia merupakan minyak yang paling bagus [16].
Dan di antara obat alami lainnya adalah: mandi, membersihkan diri, dan memakai wangi-wangian.
___
Catatan kaki
[1] Lihat Fathul Baari Syarh Shahih Al Bukhari (IX/62 dan X/208) dan Shahih Muslim (no. 2192 (50-51)).
[2[ Shahih. HR. At Tirmidzi (no. 2083), Abu Dawud (no. 3106) dan Al Hakim (IV/416) dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhu. Lihat Shahih Al Jami’ish Shaghir (no. 6388).
[3] Shahih. HR. Muslim (no. 2202 (67)), dari Utsman bin Abil Ash Ats Tsaqafi radhiallahu’anhu
[4] Shahih. HR. Al Bukhari (no. 5743), dan Muslim (no. 2191 (46-49)), dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, lafazh ini milik Al Bukhari.
[5] Shahih. HR. Al Bukhari (no. 3371), dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma.
[6] Shahih. HR. Muslim (no. 2708)
[7] Hasan. HR. Abu Dawud (no. 3893) dan At Tirmidzi (no. 3528).
[8] Hasan. Hr. Ahmad (III/419) dan Ibnus Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 637). Lihat Majmauz Zawaid (X/127) dan Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah (no. 2995)
[9] Shahih. HR. Muslim (no. 2713 (61, 63)) dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu.
[10] Shahih. HR. Muslim (no. 2186 (40)) dari Abu Sa’id radhiallahu’anhu.
[11] Shahih. HR. Muslim (no. 2185 (39)) dari Aisyah radhiallahu’anha.
[12] Hasan. HR. Ibnu Majah (no. 3527) dari Ubadah bin Ash Shamit radhiallahu’anhu.
[13] Lihat Zaadul Ma’ad (IV/125). Dan di sana masih terdapat beberapa macam pengobatan sihir yang lain setelah kejadiannya, jika dicoba maka bermanfaat. Lihat juga Mushannaf Ibni Abi Syaibah (VII/386-287), Fathul Baari (X/233-234), Mushannaf Abdirrazzaq (XI/13), ash Shaarimul Battar (hal. 194-200), dan Ash Sihru Haqiqatuhu wa Hukmuhu, karya Dr. Misfir Ad Damini (hal. 64-66).
[14] Lihat Fathul Haqqil Mubiin fii ‘Ilaajisy Syar’i was Sihri wal ‘Ain (hal. 139)
[15] Hasan li ghairihi. HR. Ahmad (III/497), At Tirmidzi (no. 1851, 1852), dan Ibnu Majah (no. 3319). Lihat Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah (no. 379).
[16] Lihat Fathul Haqqil Mubiin fii ‘Ilaajisy Syar’i was Sihri wal ‘Ain (hal. 140-145).
Pengobatan terhadap orang yang kesurupan jin mempunyai dua bagian:
a) Pencegahan kesurupan
Di antara upaya pencegahan adalah dengan menjaga dan memelihara semua kewajiban dan menjauhi segala larangan, taubat dari segala macam kesalahan dan dosa, juga membentengi diri dengan beberapa dzikir doa, dan ta’awudz (doa perlindungan) yang disyariatkan.
b) Pengobatan kesurupan
Yaitu dengan cara seorang Muslim -yang hatinya sejalan dengan lisan dan ruqyahnya- membacakan bacaan bagi orang yang kesurupan. Dan pengobatan dengan ruqyah yang paling ampuh adalah dengan surat Al Fatihah [1], ayat Kursi, dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah, Qul Huwallahu Ahad (surat Al Ikhlash), Qul A’udzubirabbil Falaq (surat Al Falaq), dan Qul A’udzubirabbin Naas (surat An Naas), dengan memberikan tiupan pada orang yang kesurupan dan mengulangi bacaan tersebut sebanyak tiga kali atau lebih, dan ayat-ayat Al Qur’an lainnya. Sebab seluruh isi Al Qur’an adalah penyembuh bagi apa saja yang ada di dalam hati, penyembuh, petunjuk, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman [2]. Serta doa-doa ruqyah seperti yang dijelaskan pada cara kedua dari pengobatan sihir (simak di artikel bagian 1 dan bagian 2).
Dalam pengobatan ini diperlukan adanya dua hal, yaitu:
Dari pihak orang yang kesurupan jin, yakni berkaitan dengan kekuatan dirinya, kejujuran tawajjuh-nya (menghadap) kepada Allah, ta’awudz yang benar yang sejalan antara hati dan lisannya.
Dari sisi orang yang berupaya mengobati, dimana dia pun harus demikian, karena senjata yang dipergunakan itu minimal harus seimbang dengan senjata lawan.
___
Catatan kaki
[1] Lihat Sunan Abi Dawud (no. 3420, 3896, 3897, 3901), Musnad Ahmad (V/210-211) dan lainnya dari pamannya Kharijah bin Ash Shalt radhiallahu’ahu. Lihat Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah (no. 2027).
[2] Lihat Al Fathur Rabbani, Tartiibu Musnad Al Imam Ahmad (XVII/183)
Disalin ulang dari buku “Doa dan Wirid” karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawaz, hal. 458-460, cetakan ke-15, penerbit Pustaka Imam Syafi’i.
Sumber: https://muslim.or.id/